10
Maestro Lukis Indonesia
Dalam dunia seni lukis Indonesia,
ke-5 orang pelukis ini, mendapatkan gelar tersendiri sebagai maestro dalam
bidang seni lukis. Setiap pelukis mewakili berbagai aliran dalam dunia seni
lukis. Berikut 10 Maestro lukis Indonesia :
1. Raden Saleh
1. Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah
salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia. Bisa dibilang ialah orang
pertama Indonesia yang meng-internasional. Pergaulannya yang lusa
menghantarkannya pada bangsawan dan keluarga kerajaan Inggris, Prusia, Austria
dan Belanda. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang
kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde
van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde
(C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk
(R.W.V.), dll.
Sedangkan penghargaan dari
pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis
Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang
makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden
Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara,
misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan
reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.
Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh
berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum,
Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.
2. Affandi Koesoema
2. Affandi Koesoema
Affandi Koesoema adalah seorang
pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis
Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya
yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India,
Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah
melukis lebih dari dua ribu lukisan.
3. Basoeki Abdullah
3. Basoeki Abdullah
Basoeki Abdullah adalah salah
seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan
naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan
karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia,
disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.
4. Barli Sasmitawinata
4. Barli Sasmitawinata
Barli Sasmitawinata adalah seorang
pelukis realis asal Indonesia. Ia mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun
1930-an dan merupakan bagian dari “Kelompok Lima” yang juga beranggotakan
Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Awalnya ia menjadi pelukis atas
permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai belajar melukis di
studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di
sana ia banyak belajar melukis alam benda. Setelah berguru pada pelukis Italia
Luigi Nobili (juga di Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan
pendidikan seni rupa di Eropa.
Latar belakang pendidikan tingginya
di Belanda dan Perancis (Académie de la Grande Chaumière, Paris, 1950
dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili
dalam karya-karyanya yang menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi
tubuh secara rinci.
5. Hendra Gunawan
5. Hendra Gunawan
Hendra Gunawan dilahirkan pada 11
Juni 1918 di Bandung, Jawa Barat. Ia beruntung karena sempat sempat masuk
sekolah dan belajar melukis pada Wahdi, seorang pelukis pemandangan. Kegiatannya
bukan hanya melukis semata, tetapi pada waktu senggang ia menceburkan diri pada
grup sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor. Dari pengalaman itulah, ia mengasah
kemampuannya.
Pertemuannya dengan Affandi
merupakan fase dan sumber inspirasi jalan hidupnya untuk menjadi seorang
pelukis. Keberaniannya terlihat ketika ia membentuk Sanggar Pusaka Sunda pada
tahun 1940-an bersama pelukis Bandung dan pernah beberapa kali mengadakan
pameran bersama. Lukisan “Pengantin Revolusi”, disebut-sebut sebagai karya empu
dengan ukuran kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah
semangat juang. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam pemaparan lukisannya.
6. S. Sudjojono
S. Sudjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara 14 Desember 1913 , dan wafat di Jakarta 25 Maret 1985. Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioji Yazaki.
7. Srihadi Soedarsono
6. S. Sudjojono
S. Sudjojono lahir di Kisaran, Sumatera Utara 14 Desember 1913 , dan wafat di Jakarta 25 Maret 1985. Soedjojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioji Yazaki.
7. Srihadi Soedarsono
Pelukis maestro asal Solo – Jawa
Tengah, karya-karya Lukisanya merupakan saksi perjalanan sejarah yang beliau
goreskan sejak jaman kemerdekaan hingga jaman modern, tema tentang perjuangan,
kehidupan, alam dan cinta, semua terkumpul dalam karya-karya lukisanya, baik
dalam sketsa maupun dalam karya lukisan dengan berbagai media.
Srihadi Soedarsono merupakan alumni ITB Tahun 1959, beliau juga mengenyam pendidikan di Ohio State University, Amerika Tahun 1960 – 1962. Belaiu pernah mengajar di ITB dan menjadi ketua Institut Seni Jakarta.
Srihadi Soedarsono merupakan alumni ITB Tahun 1959, beliau juga mengenyam pendidikan di Ohio State University, Amerika Tahun 1960 – 1962. Belaiu pernah mengajar di ITB dan menjadi ketua Institut Seni Jakarta.
8. Joko Pekik
Pernah mengenyam pendidikan ASRI di
Jogja ( Akademi Seni Rupa Indonesia ) yang sekarang menjadi ISI ( Institut Seni
Indonesia ), memiliki gaya dan karakter Lukisan yang khas, beliau banyak
mengkritisi dalam tatanan kehidupan sosial melalui karya Lukisanya.
Perjalanan hidupnya merupakan
petualangan getir menuju kesuksesan, karena kasus LEKRA beliau dikucilkan dari
masyarakat, karya-karya lukisanya tidak dihargai hingga pada era reformasi
beliau mulai menemukan secercah harapan. Karya-karyanya mulai diapresiasi oleh
para pengamat seni, dan beberapa karya Lukisanya yang bertema “Celeng” mendapat
apresiasi yang luar biasa dari para pengamat maupun para pecinta Lukisan,
sehingga karya Lukisan Joko pekik mulai diburu banyak kolektor dengan harga
tinggi. Gaya aliran lukisan karya Joko Pekik masuk dalam gaya aliran lukisan
realisme sosialis.
9. Jeihan Sukmantoro
9. Jeihan Sukmantoro
Sebagai salah satu Pelukis senior
dengan karya-karya lukisan figuratifnya yang khas dan unik, dimana selalu
melukiskan figur manusia dengan mata hitam pekat, seolah mengandung makna dan
misteri yang dalam.
Kini karya lukisan Jeihan seolah
menemukan makna baru dalam tema yang lebih religius, yang mungkin terinspirasi
dari perjalanan Hajinya beberapa Tahun yang lalu.
Lukisan karya Jeihan harganya terus
merangkak naik seiring dengan naiknya kepopuleran nama dan karya-karya
Lukisanya. Lukisan karya Jeihan termasuk dalam gaya aliran lukisan figurative
modern.
10. Widayat
10. Widayat
Salah satu Pelukis Maestro asal
Kutoarjo – Jawa Tengah, sebagian besar karya Lukisanya bertemakan Flora dan
Fauna, terinspirasi dari pengalamanya yang membekas pada Tahun 1939 saat beliau
pernah bekerja sebagai mantri opnamer ( juru ukur ) pada bidang kehutanan di
Palembang selama tiga Tahun, dari pengamatanya tentang alam, hewan dan tumbuhan
selama beliau bekerja itulah yang mengilhami sebagain besar karya Lukisanya
bertema tentang Alam, flora dan fauna dilukis dalam gaya batik kontemporer.
No comments:
Post a Comment