Monday, May 27, 2013

AMANAH ALLAH



AMANAH ALLAH

Prof. Dr. Syafiq Mughni, MA.
Kajian Ahad Pagi Fastabiqul Khairat 28 April 2013


Manusia adalah makhluk yang istimewa dibanding makhluk Allah lainnya. Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam struktur yang terbaik bukan hanya dalam jasmani tetapi lebih-lebih dalam hal ruhaninya (laqad khalaqnal insana fi ahsani taqwim). Dalam hal ruhani inilah Allah memberikan kelengkapan akal fikiran, perasaan dan kesadaran sebagai makhluk.
Marilah kita renungkan kabar dari Allah yang disampaikan dalam al-Qur’an. Ketika akan menciptakan manusia, Allah SWT berdialog dengan malaikat (inni jailun fil ardli khalifah). Sekalipun pada awalnya merasa keberatan, akhirnya malaikat tuntuk pada kemauan Allah. Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa pada suatu ketika, pada alamul mitsal, Allah SWT bertanya kepada manudia, “apakah Aku bukan tuhanmu?,” alastu birabbikum, manusia menjawab, “qalu bala syahidna,” ya, betul kami bersaksi Engkau tuhan kami. Allah juga pernah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Semua menolak, dan kemudian manusialah yang siap mengemban amanah itu. Ini semua menunjukkan kedudukan manusia yang tinggi dan semua peristiwa itu terjadi pada awal penciptaan manusia. Namun demikian, tidak seluruh manusia dalam perjalanan hidupnya mampu mempertahankan kedudukan itu, sebagaimana dikatakan oleh Allah SWT, “ tsumma radadnahu asfala safilin,” (kemudian Kami kembalikan manusia kepada kedudukan yang paling rendah.” Kegagalan iu disebabkan oleh manusia yang suka bersikap dlalim dan bodoh (innahu kana dhaluman jahula).
Manusia diberikan amanah oleh Allah SWT dengan dua posisi, yakni sebagai hamba dan khalifah, Sebagai hamba, kewajibannya adalah menyembah Allah (liya’budun) dan sebagai khalifah (ihsan/islah). Kewajibannya adalah mengatur kehidupan di dunia ini agar terwujud kehidupan yang aman, makmur dan dilimpahi keampunan-Nya. Karena itu, kita semua wajib untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah dan pada saat yang sama beramal sebanyak-banyaknya (aktsaru amala) dan sebaik-baiknya (ahsanu amala). Amal yang baik adalah amal yang didorong oleh keikhlasan untuk mendapatkan ridla Allah SWT, dilaksanakan dengan cara yang terbaik (ihsan), dan memberikan manfaat yang seluas-luasnya.
Salah satu prinsip dari amal kita dalam rangka melaksanakan anamah sebagai khalifah ialah membangun hubungan antarmanusia. Terhadap sesama Muslim, kewajiban kita adalah membangun ukhuwwah. Kita telah menyaksikan kenyataan bahwa perbedaan itu selalu ada dan tidak mungkin hilang sama sekali. Kita telah belajar dari sejarah tentang adanya mazhab-mazhab (dalam fikih) dan firqah-firqah (aliran kepercayaan). Perbedaan itu sebagiannya muncul karena hasil ijtihad dan juga karena sikap politik. Yang penting bagi umat Islam ialah menyikapi perbedaan itu secara wajar dengan tetap mempertahankan semangat ukhuwwah dan menjauhkan permusuhan (‘adawah) atau saling membenci (baghdla’). Terhadap orang-orang kafir pun, Allah SWT mengharuskan kita untuk berhubungan baik dengan prinsip lakum dinukum wa liyadin (bagimu agamamu, dan bagiku agamaku). Juga terhadap mereka, kewajiban kita adalah mengajak untuk masuk Islam dengan cara-cara yang efektif, misalnya dengan menunjukkan keunggulan Islam. Mereka harus mengetahui keunggulan Islam melalui cara hidup yang unggul dan meyebarluaskan ajaran Islam.
Dalam kehidupan sekarang ini, keunggulan Islam harus ditunjukkan dengan sikap kita yang mulya terhadap seluruh makhluk ciptaan Allah (rahmatan lil alamin). Sayangnya kesadaran kita masih terbatas; kita belum banyak berbuat untuk menjadi rahmat bagi hewan, misalnya. Padahal banyak sekali hadits Nabi yang mengharuskan kita menyayangi binatang, sehingga dikisahkan tentang seorang pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan. Padahal di tengah-tengah kita sudah banyak gerakan penyayang binatang. Demikian juga terhadap lingkungan, kita harus menjaganya supaya tidak membawa malapetaka (dhaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aidinnas).
Pendek kata, kedudukan manusia yang istimewa mengharuskan tanggung jawab untuk menunaikan amanah sebagai hamba dan khalifah sekaligus, untuk menata kehidupan manusia sesuai dengan ajaran Islam. Kita wajib selalu membangun ukhuwah di tengah-tengah perbedaan dan tiada henti untuk berdakwah dengan hikmah (strategi/kebijakan publik), mau’idlah (anjuran/seruan moral) dan mujadalah (diskusi/kekuatan logika). Kita akan memperoleh kejayaan di dunia dan keselamatan di akherat jika kita berjuang sesacara sunguh-sungguh melaksanakan amanah itu.
PAPFastabiqul khoirot, Ahad, 28 April 2013



No comments:

Post a Comment